SANGIRAN
Posted 10 November 2009
on:- In: News
- 2 Comments
Museum Sangiran adalah museum arkeologi bertaraf internasional. Bangunan museum Sangiran terletak di Kecamatan Kalijambe, tak jauh dari area situs fosil purbakala. Situs itu dikenal dengan sebutan Situs Sangiran. Luasnya mencapai 56 km persegi, meliputi tiga kecamatan di Sragen (Gemolong, Kalijambe, Plupuh) dan satu kecamatan yang masuk wilayah Kabupaten Karanganyar (Gondangrejo). Situs Sangiran berada di dalam kawasan Kubah Sangiran yang merupakan bagian dari depresi Solo, di kaki Gunung Lawu (17 km dari kota Solo). Museum Sangiran beserta situs arkeologinya, selain menjadi obyek wisata yang menarik juga merupakan arena penelitian tentang kehidupan pra sejarah terpenting dan terlengkap di Asia, bahkan dunia.
Di museum dan situs Sangiran dapat diperoleh informasi lengkap tentang pola kehidupan manusia purba di Jawa yang menyumbang perkembangan ilmu pengetahuan seperti Antropologi, Arkeologi, Geologi, Paleoanthropologi. Di lokasi situs Sangiran ini pula, untuk pertama kalinya ditemukan fosil rahang bawah Pithecantropus erectus (salah satu spesies dalam taxon Homo erectus) oleh arkeolog Jerman, Profesor Von Koenigswald.
Lebih menarik lagi, di area situs Sangiran ini pula jejak tinggalan berumur 2 juta tahun hingga 200.000 tahun masih dapat ditemukan hingga kini. Relatif utuh pula. Sehingga para ahli dapat merangkai sebuah benang merah sebuah sejarah yang pernah terjadi di Sangiran secara berurutan.
Sampai saat ini sudah ditemukan 70 individu fosil Manusia Homo erectus di situs Sangiran. Jumlah ini merupakan 65 % dari seluruh fosil Homo erectus yang ditemukan di Indonesia atau sekitar 50 % dari populasi Homo erectus di seluruh dunia. Sementara jumlah fosil secara keseluruhan yang ditemukan di situs Sangiran sejak 1936 berjumlah 13.809 buah.
Sebanyak 2.934 di antaranya disimpan di dalam ruang pameran museum Sangiran dan 10.875 buah lainnya disimpan di gudang penyimpanan museum. Sejumlah fosil manusia lainnya disimpan di Museum Geologi Bandung dan laboratorium Palaeoanthropologi Yogyakarta. Sungguh jumlah fantastis yang menunjukkan betapa kayanya situs Sangiran. Maka, tak mengherankan bila Komite World Heritage kemudian mencatatkan Sangiran dalam daftar Warisan Dunia bernomor urut 593.
Selain ruang pameran yang luas, museum Sangiran memiliki berbagai fasilitas lain yang dapat diakses dengan mudah. Di museum yang dibangun pada tahun 1980 itu dilengkapi dengan laboratorium, perpustakaan, aula pertemuan, ruang audiovisual untuk memutar film kehidupan manusia prasejarah. Di sekitar museum, terdapat kios-kios souvenir yang menjajakan aneka kerajinan batu yang didandani sedemikian rupa sehingga mirip fosil.
Obyek wisata Museum Sangiran tampil makin lengkap dengan dibangunnya menara pandang yang sangat representatif untuk melakukan pengamatan. Tak jauh dari menara pandang, terdapat sebuah wisma penginapan. Bergaya arsitektur tradisional Jawa, wisma ini dibangun untuk menunjang kegiatan para tamu atau wisatawan, khususnya bagi mereka yang melakukan penelitian tentang seluk beluk fosil di kawsan situs.
1 | rukzolanganz
10 November 2009 pada 8:59 pm
wah jadi ingin berwisata kesana thanks yah dah memberikan reportase tentang Museum Sangiran
jhon maple
11 November 2009 pada 10:25 am
yaw sama sama…